PewartaTV, Magetan – Mitos agar warga masyarakat, khususnya di tanah jawa, tidak menggelar prosesi pernikahan atau hajatan di Bulan Syuro atau Bulan Muharam, dijawab oleh tokoh supranatural di Lereng Gunung Lawu Magetan
Suwarsono, tokoh supranatural, di Desa Ngariboyo, Kecamatan Ngariboyo, Magetan, Jawa Timur, saat ditemui di rumahnya menjelaskan terkait misteri atau mitos budaya di bulan suro
Menurut kitab dan ilmu yang ia pelajari, melangsungkan prosesi pernikahan atau hajatan di bulan suro tidak ada larangan, justru bulan suro atau muharam, bulan baik, selain bulan suci ramadhan
Baca Juga : Masjid Kubah Putih Lereng Lawu Menyambut Ramadhan
Tidak adanya prosesi pernikahan atau hajatan, bukan karena alasan takut, kita selaku orang jawa, harus menghormati bulan suro, dimana di bulan ini pernah ada peristiwa besar, di dalam ajaran agama islam, atau di kitab suci al-quran
Diantaranya, ketemunya Nabi Adam dengan Hawa, lolosnya Nabi Musa dari kejaran raja fir-Aun, sembuhnya Nabi Ayub dari sakit, dimuntahkanya Nabi Yunus dari ikan paus, terlepasanya Nabi Muhamad dari perang Uhud, perang terbesar umat islam, juga peristiwa besar lainya
Hal tersebut menjadikan bulan suro merupakan bulan keramat, atau bulan yang disucikan agar kita dapat menghormati dan dapat bersumusakafah, apa yang keburukan kita ditahun kemarin untuk menuju jati diri yang baik di tahun akan datang
Dengan dibongkarnya gambaran mitos budaya di bulan suro oleh tokoh Supranatural Gunung Lawu Magetan Jawa Timur ini, setidaknya menjadikan pengetahuan bagi kita selaku orang jawa yang harus menghormati bulan muharam, dengan tidak menggelar acara pesta atau resepsi maupun acara berbentuk lain yang berlebihan25